Bandara Banten Selatan Dibutuhkan Untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Lebak
Pembangunan kawasan Banten Selatan kembali dilakukan. Salah
satunya mega proyek pembangunan dua buah bandara di wilayah Banten
Selatan yakni Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Maja yang membutuhkan
perhatian serius dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat yang
kedepan dipimpin oleh Presiden tepilih Jokowi-JK.
“Kemarin
kita sampaikan ke Pemerintah Provinsi Banten, ini terkait Pemerintah
Pusat sedang melakukan review terkait Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW). Karena Maja ini sudah di tetapkan sebagai kota kekerabatan. Yang
kita sampaikan, untuk Kecamatan Curug-Bitung nya untuk dimasukkan ke
dalam RTRW nya agar di lakukan review kepada Kemenhub,” ujar Bupati
Lebak, Iti Oktavia Jayabaya saat ditemui di Pendopo Kabupaten Lebak,
Senin (29/09).
Bupati wanita di tanah jawara ini mempersilahkan
kepada Pemprov Banten ataupun pemerintah pusat untuk membangun di antara
Kecamatan Maja ataupun Curug Bitung. Namun, dirinya lebih memilih Curug
Bitung karena keadaan geografis yang sangat memungkinkan. Dimana,
daerah tersebut wilayahnya relatif datar dan bukan wilayah persawahan.
Sehingga cocok untuk dibangun bandara yang memerlukan kestabilan tanah.
Selanjutnya,
jika di bangun pada wilayah Kecamatan Maja. Daerah tersebut sudah
ditetapkan sebagai kota kekerabatan oleh pemerintah pusat semenjak tahun
1999 yang siap menampung sebanyakn 1,5 juta jiwa.
Bupati yang
akrab disapa Iti ini mempersilahkan kepada siapapun, bahkan pihak
swasta membangun bandara di wilayah Kabupaten Lebak selama berpihak
kepada kesejahteraan masyarakat dan bisa mempelajari semua aspek nya,
sehingga tidak ada yang dirugikan.
“Kalau proses, beberapa
investor sudah datang, Pemerintah Daerah tidak punya lahan, silahkan
saja siapapun investor yang akan membangun dengan kajiannya yang matang.
Karena ini berdekatan dengan Soekarno-Hatta, silahkan dikaji,”
terangnya.
Putri dari Mulyadi Jayabaya itu menegaskan tak akan
terjadi persoalan jika pembangunan bandara di wilayah Curug Bitung,
karena dekat dengan Kecamatan Maja. Dikarenakan sedang dibangun
fasilitas penunjang, seperti jalur kereta double track yang
menghubungkan Maja-Rangkasbitung.
Selain itu, Pemkab Lebak sudah
mengajukan ke Pemprov Banten untuk melakukan pembangunan jalan strategis
yang sudah dilakukan ground breaking, yaitu jalan Citeras-Tigaraksa,
lalu di wilayah Lebak Selatan Saketi-Banjar Sari-Malingping, jalan
provinsi Cipanas-Warung Banten yang dulu sudah terbangun tetapi terhenti
karena tak ada dana dan pada akhirnya akhirnya tidak bisa digunakan
oleh masyarakat.
“Jika bandara dan jalan ini terbangun, tentu
manfaat bagi masyarakat tentu aksesibilitasnya orang mudah datang ke
Lebak,” jelasnya.
Perlu diketahui, bahwa Kabupaten Lebak berada
ditengah-tengah provinsi Banten yang berbatasan dengan Bogor dan
Sukabumi. Selain itu, indeks pembangunan manusia (IPM) terendah di
antara kabupaten kota lainnya di provinsi Banten. Bahkan, angka
penganggurannya pun sangat besar.
“Kabupaten Lebak masih masuk
kedalam kategori tertinggal, salah satunya infrastruktur.dengan
keberadaan bandara ini, maka aksesibilitas orang yang datang ke Lebak
akan lebih mudah,” lanjutnya.
Dirinya berharap pembangunan bandara
itu secara tidak langsung juga akan membangun ekonomi masyarakat dan
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Jadi manfaatnya sangat luar
biasa,” harapnya.
Selain daerah tertinggal dalam berbagai aspek
infrastruktur. Iti pun menerangkan bahwa wilayahnya merupakan bagian
terbesar yakni a35 persen luas Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak
dan 32 persennya merupakan hutan lindung.
Kabupaten Lebak akan
dibantu dengan rencana pembangunan tol dari Kabupaten Tangerang menuju
Kecamatan Maja yang akan dibangun oleh Bumi Serpong Damai (BSD). Guna
mensukseskan rencana tersebut, Pemkab Lebak dan Pemkab Tangerang telah
membuat tim kecil. Pembangunan tol ini akan mensuport akses menuju
bandara di wilayah Curug Bitung.
Iti mengapresiasi keseriusan dari
Rano Karno yang sudah menganggarkan bantuan sebesar Rp 89 miliar untuk
mempercepat pembangunan di wilayah Lebak dalam APBD-Perubahan 2014.
Karena, APBD Murni Kabupaten Lebak hanya sebesar Rp 17 Miliar. Sedangkan
di tahun 2015 durencanakan Pemprov Banten akan membantu sebesar Rp 140
miliar. Dimana, dana sebesar itu akan digunakan untuk membangun
jembatan, kesehatan, pendidikan, dan ketahanan pangan. Karena, Kabupaten
Lebak salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Banten. Karena Lebak
selalu surplus padi sebesar 4-6 persen pertahunnya.
“kita memiliki
jembatan gantung 489 buah, APBD Lebak baru mengcover 12 unit jembatan
gantungnya. 3 jembatan gantung permanen, sisanya jembatan gantung non
permanen dan stimulan pemeliharaan jembatan gantung lainnya 100 unit
pertahun sebanyak Rp 50 juta per unitnya,” jelasnya.
Terkait
pembangunan manusia di Lebak, dengan rata-rata pendidikan hanya 6,3
tahu. Artinya, masyarakat Lebak hanya menikmati pendidikan hingga
tingkat Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan untuk kesehatan, meski
disetiap kecamatan sudah terdapat puskesmas, tapi belum semua puskesmas
memiliki dokter yang siap melayani masyarakat.
“Suport kami dengan
materi dan non materi. Kalau Kabupaten Lebak maju, akan membawa maju
nama provinsi. Terutama mengurangi tingkat pengangguran. Untuk Jokowi
dan Rano, jika program tersebut benar-benar di manfaatkan oleh
masyarakat, harus diteruskan,” tutupnya penuh harap.
Komentar
Posting Komentar